kemas omi andrian
PENGANTAR
1.1.
Latar Belakang
Naskah kuno merupakan tulisan yang biasanya menceritkan
tentang kerajaan zaman dahulu. Seperti cerita dewi rengganis, dalam
tembang sinom yang menceritakan tentang kecantikan seorang dewi di masalalu,
yang mampu memikat khalat yang melihatnya.
.1.1. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori pendekatan pragmatik?
2. Bagaimana analisis pendekatan
pragmatik terhadap cerita dewi rengganis
1.2. Tujuan
analisis
1. Untuk mengetahui teori pendekatan
pragmatik
2. Untuk mengetahui analisis pendekatan
pragmatik terhadap cerita dewi rengganis
1.3. LANDASAN TEORI
a. Pengertian
pendekatan pragmatik
Secara umum pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik
sastra yang ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya
sastra dalam zaman ataupun sepanjang zaman. Sedangkan menurut para ahli
mendefinisikan pendekatan pragmatik adalah sebagai berikut:
1. Menurut Teeuw, 1994 teori
pendekatan pragmatik adalah salah satu bagian ilmu sastra yang merupakan pragmatik
kajian sastra yang menitik beratkan dimensi pembaca sebagai penangkap dan
pemberi makna terhadap karya satra.
2. Felix Vedika ( Polandia ),
pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang tak ubahnya artefak ( benda mati
) pembacanyalah yang menghidupkan sebagai proses konkritasi.
3. Menurut Abram (1958 :
14 – 21) pendekatan pragmatik merupakan perhatian utama terhadap peran
pembaca. Dalam kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat
perkembangannya yaitu teori resepsi.
Dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan
pragmatik memberi manfaat terhadap pembaca, pendekatan
pragmatik secara keseluruhan berfungsi untuk menopang teori
resepsi, teori sastra yang memungkinkan pemahaman
hakikat karya sastra tanpa batas.
Pendekatan Pragmatik memberikan perhatian utama terhadap
perananan pembaca, dalam kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling
pesat perkembangannya, yaitu teori resepsi, pendekatan Pragmatik
dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif. Subjek pragmatik dan subjek
ekspresif sebagai pembaca dan pengarang berbagai objek yang sama, yaitu karya
sastra. Perbedaanya, pengarang merupakan subjek pencipta, tetapi secara
terus-menerus, fungsi-fungsinya dihilangkan, bahkan pada gilirannya pengarang dimatikan.
Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang proses
kreativitas diberikan tugas utama bahkan dianggap sebagai penulis.
Pendekatan pragmatik dengan demikian memberikan perhatian
pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca tersebut. Secara historis (
Abrams, 1976:16 ) pendekatan pragmatik telah ada tahun 14 SM, terkandung dalam
Ars Poetica ( Hoatius ). Meskipun demikian, secara teoritis dimulai dengan
lahirnya strukturalisme dinamik. Stagnasi srukturalisme memerlukan indikator
lain sebagai pemicu proses estetis ,yaitu pembaca ( Mukarovsky ).
Pada tahap tertentu pendekatan pragmatik memiliki hubungan
yang cukup dekat dengan sosiologi, yaitu dalam pembicaraan mengenai masyarakat
pembaca. Pendekatan pragmatik memliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya
sastra dalam masyrakat, perkembangan dan penyebarluasannya, sehingga manfaat
karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan karya satra, tujuan
pendekatan pragmatik memberikan manfaat terhadap pembaca. Pendekatan pragmatik
secara keseluruhan berfungsi untuk menopang teori resepsi, teori sastra yang
memungkinkan pemahaman hakikat karya sastra tanpa batas.
Pendekatan pragmatik mempertimbangkan implikasi pembaca
melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra
dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat di pecahkan melalui pendekatan
pragmatis, diantaranya berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah
karya sastra, baik sebagai pembaca eksplisit, maupun implisit, baik dalam
kerangka sinkronis maupun diakronis. Teori-teori postrukturalisme sebagian
besar bertumpu pada kompetensi pembaca sebab samata-semata pembacalah yang
berhasil untuk mengevokasi kekayaan khazanah kultural bangsa.
B. Sejarah pendekatan pragmatik
Pada tahun 1960 muncul dua orang tokoh ilmu sastra di Jerman
Barat kedua tokoh itu adalah Hans Robert dan Wolfgangler. Keduanya
mengembangkan ilmu sastra yang memberikan penekanan terhadap pembaca sabagai
pemberi makna karya satra.
Pada tahun 1967 (Teeuw, 1984: 5) ia
mengatakan bahwa penelitian sejarah di Eropa sejak lama telah melalui jalan
buntu. Hal ini karena pendekatan penulisan sejarah sastra tidak berdasarkan
situasi zaman sejak zaman Romantik, dengan adanya paham Nasionalisme, maka
pendekatan penulis sejarah sastra disejajarkan dengan sejarah nasional, dan
pendekatan lain yang tidak menghiraukan dinamika sastra terus menerus, entah
pada suatu bangsa, suautu periode, suatu angkatan dan suatu zaman.
Apa yang diterima dan dipahami oleh
pembaca berpengaruh besar pada perkembangan karya sastra selanjutnya, baiik
dari segi estentik maupun dari segi sejarah, dari segi estentik karya sastra
sebagai seni, pembaca akan menentukan apakah estentik yang mendasari karya
sastra diterima atau ditolak. Oleh sebab itu yang dipentingkan dalam pendekatan
yang menekankan peranan pembaca sebagai pemberi makna bukanlah atau
keindahan abadi suatu karya sastra, melainkan penerimaan karya
sastra pada waktu dan tempat yang berbeda-beda.
Tokoh utama dalam karya sastra yang
menekankan peranan pembaca ialah Hans Robert Jousz dalam makalahnya yang
bejudul literature alas provocation ( sejarah sastra sebagai tantangan). Ia
melancarkan gagasan-gagasan baru yang sempat menggoncangkan dunia. Ilmu sastra
tradisional setelah memberi ringkasan mengeanai sejarah sastra antara lain dari
aliran marsisme dan formalisme. Menghilangkan faktor yang terpenting dalam
proses semiotik yang disebut kesusastraan sastra, dan sikap komunikasinya yang
mrnggambarkan hubungan dialog dan proses antara karya sastra dan pembaca. Yaitu
pembacalah yang menilai, menafsirkan, memahami dan menikmati karya sastra untuk
menentukan nasib dan peranannya dari segi sejarah dan estetis.
Peneliti sejarah sastra bertugas
menelusuri resepsi karya sastra sepanjang zaman, keindahan dalah pengertian
yang bergantung pada situasi dan latar belakang sosio budaya sipembaca dan ilmu
sastra harus meneliti hal itu.
C. Metode pendekatan
pragmatik
Penelitian resepsi pembaca terhadap karya sastra dapat
menggunakan beberapa meatode pendekatan,antara lain pendekatan yang bersifat
eksperimental, melalui karya sastra yang mementingkan karya sastra yang terikat
pada masa tertentu ada pada golongan masyarakat tertentu.
a. Kepada pembaca,
perorangan atau kelompok disajikan atau diminta pembaca karya sastra, sejumlah
pertanyaan dalam teks atau angket yang berisi tentang permintaan, tanggapan,
kesan, penerimaan terhadap karya yang dibaca tersebut.untuk diisi
jawaban-jawaban itu nanti ditabulasi dan dianalisis.
b. Kepada pembaca perorangan
atau kelompok, diminta pembaca karya sastra, kemudian ia diminta untuk
menginterpretasikan karya sastra tersebut. Interpretasi-interpretasi yang
dibuat tersebut dianalisis secara kualitatif untuk meliha bagaimana
penerimaan atau tanggapan terhadap karya sastra.
c. Kepada masyarakat
tertentu diberikan angket untuk melihat prestasi mereka terhadap karya sastra,
misalnya melihat prestasi sekelompok kritikus terhadap kontenporer persepsi
masyarakat tertentu terhadap karya sastra daerahnya sendiri.
B. ANALISIS
NASKAH KUNO
: TEMBANG SINOM
Arti ;
Tekocapan
laeq araq dakuqna ceritan datu. , Ratu si leq jamineran bebija bini tur musti
aran dende La Rengganis, maraq hyang Asmasa turun, leq wahne si tebijayang,
banjur seda mamiq bini, Ratu laki liwat sedih pekayunan.
Pan
siqna rer bijana, endeqne egat besermin, ratu laki umbaq bija, iroq susah dalam
pikir, susah dalam pikir, susah sedihperiatin, kangen bija mel nyusu, Ratu
banjurna lumbar, umbaq bijan iroq sedih, ngamuayang yang lumbar ojok lendang
gawah.
Wah
ngelalu pengerasa, suka yan mate lah urip, suka langit bareng bija, setiba
jari-jari, situ mata padamuni, ate susah sayan bingung, singelalu pengerasa
dating gawah sepi mimit, banjur datengan leq Gunung argapura.
Mapan
gunung argapura, mula taman datu jim, lordanurce, ratu jim ngeraksa bumi, lan
arak masjid araq saiq, toleq pucuk bawon gunung, sino minangka wakap, datu guru
taek gelis, datu guru liwat bengak sik nyerminan.
Telaga
miwah pancoran, kembang bedereq bebaris, taletan sedin telaga, pudak arum
pandan wangi, erglan lan kembang gambir, suanarsa lan tunjung tutur, lan
kembang sandat cempaka, ermawa lan nagarasi, ganggeng kintir lawan pakis
wisamerata.
Dateng
lek gunung petapan, desia datu kiyai tangket bija ndeqna lapar, lan bija meneng
ndeq nangis, inget banjur datu hiyai, desida banjurna ngulu lek pancoran telaga
wakap, datu guru taek gelis, tangket bujadesida banjur sembahyang.
Dua
rakaat banurna salam, Wahna salam malikan sikir, nunas tulung lek pangeran,
Kabul pujin dtu wali,kicang kesenengan lan urip, saking paican Allah agung
banjur taturunang siq xHY sugul laman sorga luwih, jari tada, tangkat bija
tunggal menah.
ARTI DALAM BAHASA INDONSIA
TEMBANG
SINOM
Tersebutkan
dalam kisah cerita, ratu di (Negara) jamineran, berputri seorang saja, namanya
denda Rengganis, cantik bagaikan Dewi ratih, setelah sang putri lahir, ibunya
meninggal, sang raja begitu berduka.
Ditimangnya
sang cabang bayi, ditatapny penuh iba, digendong dan di belainya, dalam
keremukan hatinya yang menyasaki rongga kalbunya, dimanakah puterinya akan
menyusu dengan gontai sang raja berjalan, sang bayi dalam pelukannya mengembara
tanpa tujuan.
Putus
sudah segala harapan, mati pun lebih diinginkannya bersama sang bayi menghanyut
nasib, suara burung diatas dahan, membuat hatinya semakin gundah, tanpa maksud
tanpa tujuan, kesenyapan hutan semakin bekudenga takdir allah maha agung
sampailah ia digunung argapura.
Konon
gunung argapura adalah taman raja jin, yang bernama datu Londanurca, raja
sekalian jin siluman dipunjak gunung argapura terdapat masjid para
jin,merupakan wakp mereka, raja jamineran masuk kedalam sambil tak terhentinya
terheran-heran. Melihat telaga asri dan pancoran barisan bunga berwarna warni
menghiasi tepian telaga, pudak harum,pandan wangi, bunga melati dan kembang gambit, teratai mekar bercermin air
kenanga cempaka menyebar wangi,mawar serta negasari,ganggang dan paku gemulai
menari.
Manakala
sang datu tiba dipertapaan, digunung argapura, bersama putrinya, rasa lapar
tiada mengusiknya, sang bayi tenang tak menangis, raja jamineran tersadar, lalu
mengambil air sembahyang pada sebuah pancuran telaga bersama putrinya ia naik
ke masjid lalu bersembahyang memuja tuhan.
Dua
rakaat lalu salam, setelah salam lalu membaca tahlil, memohon pertolongan
Allah, rupanya doa sang datu terkabul, mendpatkan kebahagiaan lahir batin,dngan
kuasa tuhan yang agung, turun lah seberkas cahaya, memancar dari sorga yang
gaib menjadi makan mereka berdua.
a.
Pembahasan
analisis Pragmatik
Telaah pragmatik adalah pendekatan kritik
sastra yang ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya
sastra sepanjang zaman. Maka dengan ini kami akan mengulas tentang tanggapan
dari pembaca tentang naskah kuno dewi rengganis ini.
Dewi rengganis disebut-sebut bagai BUNGA MEKAR DIBUMI
cerita ini dimulai
ketika ia terlahir dibumi dari ratu dan raja(negara jamineran), yang besarkan
ayahnya, krena sang ibu meninggal ketika ia lahir, sanga raja begitu sedih, dan
bertany-tanya, dimana sang cabang bayi akanmenyusu. Sang raja membawa bayinya
berkelana tanpa tujuan dan sampailah ia di gunung argapura, yang konon adalah
taman raja jin, yang bernama datu londanurca,
sang bayi
tumbuh segar, menjadi seorang putri yang
sangat cantik, kentutnya pun berbau harum, menyebar di puncak gunung tinggi, sehingga
jin siluman, dating mendekat penuh birahi. sang putri pun dikasihi mereka.
Sang
dewi rengganis berteman dengan seorang putri jin yang gunung mas, yang bernama
dewi mas komalasari, berkatnya dewi rengganis bisa menenun, memintak, melukis,
dania mampu menenun dua lebar kain dalmsehari. Segala pengetahuan wanita
diajarkannya sehingga dewi rengganis menjadi wanita yangat sempurna, sang dewi
mampu menghilang seperti jin serta sakti dan bijaksana.
Tubuhnya
bak kembang cempaka, halus, lembut berisi, senyum manis bag tetesan madu, buat
pengobat segala duka lara alisnya bagai
dilukis, kecantikannya tiada banding, jangan kan perjaka takkan tergila-gila,
kaum tua pun kembali bersolek. Kiai, waliallah lupa ajaran karena iman yang
tergoncang.
Kisah ini melangkah ke negeri mekah,
negerinya layeng rana. ada sebuah taman yang bernama taman sari yang dimiliki
oleh Raden nura Rapat maja yang sangat indah, dengan balai kembang yang indah,
tiangnya berukir , dikitari telaga bening, berdinding tirai sutera hijau, putih
dan kuning. Singkt cerita kini tersebut pula dayang yang sedang memetik bunga,
melihat banyak bunnga yang dipetik orang entah siapa, melihat hal itu dayang
pun segera pulang menghadap raden nuna
repatmaja. Raden Ratmaja sudah tujuh kali menerima berita, dn diputuskannya
untuk melihat (memata-matai) pemetik bunga ditaman sari. Diiringi pengasuh,
dayang-dayangnya, para demung tak ketinggalan.
Sedangkan
dewi rengganis terkagum-kagum dengan indahnya taman tersebut dan memutuskan
untuk mendatangi kembali taman sari, sedangkan raden Repat maja sedang duduk di
balai kembang, berbaring sambil mengawasi taman ingin melihat si maling. Tidak
lama, dewi rengganis sudah melayang,
baunya semerbak kemana-mana. Dan raden rapatmaja berfikir bau apakah gerangan
seharum ini. Sang dewi rengganis berdiri sejenak ditepian kolam,dan beranjak
pergi mandi, memakai kain pembasah sutera tujuh lapis, turun keair, lalu
berkesimpunglah ia, dengan riangnya ia menggosok badannya yang kuning padat
bake mas sepahan, tubuhnya bercahaya membuat air bagaikan penutup kaca, selesai
sudaah, lalu naik, mengganti kainnya yng basah, den mas Banjarmasin yang
melihatya langsung terpukau menggetarkan senar-senar asmara, sang perawan pun
berlenggang pergi berjalan didalam taman, mencari bunga-bunga mekar buat
dipetik.
Raden
mantrai pun mendekat tersembul sambil melompat, hai siapa gerangan ini.
Rengganis terkesiap kaget dengan terpenona “mungkin ini pemilik taman, ceakep
sekali’ Ratu agung sedianya akan marah-marah, namun sirna, ia berkata lemah
lembut. Raden Nuna Repat Majameminta sang dewi untuk tidak meninggalkannya
(pulang), dengan rayuan, karena sang raden begitu tergila gila,namaun sang dewi
tetap pergi, dengan alasan rumahnya jauh dan dan berjanji akan adatang, sang
raden langsung tidak sadarkan diri pingsan sperti rang kehilangan nyawa ,begitu
tersadar raden terus menerus melantunkan pantun dan puisi untuk mewakili
kegundahan hatinya, bergelimang air mata, inang pengasyhterheran-heran dan
bertanya-tanya, mengapa geragan si tuan hamba.
Lalu
turun lah raden dari atas balai kembangnya,terbayang wajang ayu sang rengganis, bagai lukisan
dalam hayal, alkisah raden ayu takmungkir akan janjinya, dating bersama
hembusan angin, baunya datang mendahului, harum semerbak di taman sari,
terkejut raden repatmaja mengendus bau nan harum, dngan terus menerus
melantunkan pantun jenaka seperti orang mabuk, denga haluus agar sang dewi
tidak tersinggung dengan apayang ia ucapkan.
Alkisah bertemu lah raden repatmaja
dan dewi rengganis dan raden mendekat semakin dekat namun ingin merangkul sang
dewi, namun dengan sigap dewi menghindar karena merasa ngeri dan takut, namun
raden mengelak tak akn merangkulnya, dan sang dara membalasnya dengan senyuman
lalu duduk, namun sang raden terus menerus melantunkan pantun yang mewakili
perasaannya yang telah hanyut pada asmara, kelembutan dan kecantikan sang dewi,
akhir cerita renggnis mersa sudah begitu lama berada di negeri mekah, lalu ia
memoon diri karena harus pulang, namun raden memintanya untuk tinggal untuk
mengobati hati atau Ia meminta untuk ikut kenegeri rengganis jika memang
rengganis tak ingin tinggal, rengganis meloncat cepat untuk pulang, dan raja
punrebah pingsan tk sadarkan diri, gaduhlah semua wanita, inang dan dayang,
para penakawan dan hulu baling, semuanya rebut menangis melihat sang raden mas
banjaran sari pingsan tanpa sebab. Segala mantrasudah dibacakan agar raden
tersadar namun tetap saja ia terbaring tak sadar kan diri, Tiada obat selain dewi rengganis
b.
Tanggapan pembaca terhadap naskah kuno dewi rengganis
naskah ini mampu memberikan gambaran
nyata bagai mana kecantikan seorang dewi rengganis, yang mampu membius semua
laki-laki yang melihatnya
A.
PENUTUP
a. Kesimpulan
Bahwa
naskah ini penuh dengan cerita yang mengagumi sosok rengganis, dari kecantikan
hingga keimanan dewi rengganis sendiri.
b. Saran
Jangan
sampai karena kecantikan dari seorang wanita, pembaca akan lupa diri, lupa
dengan ajaran agama.
c. Daftar
pustaka
Lalu wacana, departemen pendidikan dankebudayaan Nusa Tenggara Barat,
1979
Lampiran
No comments:
Post a Comment