Friday, January 9, 2015

analisis naskah kuno dewi rengganisdengan Metode pendekatan pragmatik



kemas omi andrian





   PENGANTAR
1.1.            Latar Belakang
Naskah kuno merupakan tulisan yang biasanya menceritkan tentang kerajaan zaman dahulu. Seperti cerita dewi rengganis, dalam tembang sinom yang menceritakan tentang kecantikan seorang dewi di masalalu, yang mampu memikat khalat yang melihatnya.
.1.1.     Rumusan Masalah      
1.      Apa saja teori pendekatan pragmatik?
2.      Bagaimana analisis pendekatan pragmatik terhadap cerita dewi rengganis
1.2.      Tujuan analisis
1.      Untuk mengetahui teori pendekatan pragmatik
2.      Untuk mengetahui analisis pendekatan pragmatik terhadap cerita dewi rengganis       
1.3.    LANDASAN TEORI
a.         Pengertian pendekatan pragmatik
Secara umum pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra dalam zaman ataupun sepanjang zaman. Sedangkan menurut para ahli mendefinisikan pendekatan pragmatik adalah sebagai berikut:
1.      Menurut Teeuw, 1994 teori pendekatan pragmatik adalah salah satu bagian ilmu sastra yang merupakan pragmatik kajian sastra yang menitik beratkan dimensi pembaca sebagai penangkap dan pemberi makna terhadap karya satra.
2.     Felix Vedika ( Polandia ), pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang tak ubahnya artefak ( benda mati ) pembacanyalah yang menghidupkan sebagai proses konkritasi.
3.     Menurut  Abram (1958 : 14 – 21) pendekatan  pragmatik merupakan perhatian utama terhadap peran pembaca. Dalam kaitannya  dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya yaitu teori  resepsi.
Dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatik  memberi manfaat  terhadap pembaca,  pendekatan  pragmatik secara keseluruhan  berfungsi  untuk menopang  teori resepsi, teori sastra  yang memungkinkan  pemahaman  hakikat  karya sastra tanpa batas.
Pendekatan Pragmatik memberikan perhatian utama terhadap perananan pembaca, dalam kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya, yaitu teori resepsi, pendekatan Pragmatik dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif. Subjek pragmatik dan subjek ekspresif sebagai pembaca dan pengarang berbagai objek yang sama, yaitu karya sastra. Perbedaanya, pengarang merupakan subjek pencipta, tetapi secara terus-menerus, fungsi-fungsinya dihilangkan, bahkan pada gilirannya pengarang dimatikan. Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang proses kreativitas diberikan tugas utama bahkan dianggap sebagai penulis.
Pendekatan pragmatik dengan demikian memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca tersebut. Secara historis ( Abrams, 1976:16 ) pendekatan pragmatik telah ada tahun 14 SM, terkandung dalam Ars Poetica ( Hoatius ). Meskipun demikian, secara teoritis dimulai dengan lahirnya strukturalisme dinamik. Stagnasi srukturalisme memerlukan indikator lain sebagai pemicu proses estetis ,yaitu pembaca ( Mukarovsky ).
Pada tahap tertentu pendekatan pragmatik memiliki hubungan yang cukup dekat dengan sosiologi, yaitu dalam pembicaraan mengenai masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatik memliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyrakat, perkembangan dan penyebarluasannya, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan karya satra, tujuan pendekatan pragmatik memberikan manfaat terhadap pembaca. Pendekatan pragmatik secara keseluruhan berfungsi untuk menopang teori resepsi, teori sastra yang memungkinkan pemahaman hakikat karya sastra tanpa batas.
Pendekatan pragmatik mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat di pecahkan melalui pendekatan pragmatis, diantaranya berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik sebagai pembaca eksplisit, maupun implisit, baik dalam kerangka sinkronis maupun diakronis. Teori-teori postrukturalisme sebagian besar bertumpu pada kompetensi pembaca sebab samata-semata pembacalah yang berhasil untuk mengevokasi kekayaan khazanah kultural bangsa.

B.     Sejarah pendekatan pragmatik
Pada tahun 1960 muncul dua orang tokoh ilmu sastra di Jerman Barat kedua tokoh itu adalah Hans Robert dan Wolfgangler. Keduanya mengembangkan ilmu sastra yang memberikan penekanan terhadap pembaca sabagai pemberi makna karya satra.
Pada tahun 1967 (Teeuw, 1984: 5) ia mengatakan bahwa penelitian sejarah di Eropa sejak lama telah melalui jalan buntu. Hal ini karena pendekatan penulisan sejarah sastra tidak berdasarkan situasi zaman sejak zaman Romantik, dengan adanya paham Nasionalisme, maka pendekatan penulis sejarah sastra disejajarkan dengan sejarah nasional, dan pendekatan lain yang tidak menghiraukan dinamika sastra terus menerus, entah pada suatu bangsa, suautu periode, suatu angkatan dan suatu zaman.
Apa yang diterima dan dipahami oleh pembaca berpengaruh besar pada perkembangan karya sastra selanjutnya, baiik dari segi estentik maupun dari segi sejarah, dari segi estentik karya sastra sebagai seni, pembaca akan menentukan apakah estentik yang mendasari karya sastra diterima atau ditolak. Oleh sebab itu yang dipentingkan dalam pendekatan yang menekankan peranan pembaca sebagai pemberi makna bukanlah atau keindahan  abadi suatu karya sastra, melainkan penerimaan karya sastra pada waktu dan tempat yang berbeda-beda.
Tokoh utama dalam karya sastra yang menekankan peranan pembaca ialah Hans Robert Jousz dalam makalahnya yang bejudul literature alas provocation ( sejarah sastra sebagai tantangan). Ia melancarkan gagasan-gagasan baru yang sempat menggoncangkan dunia. Ilmu sastra tradisional setelah memberi ringkasan mengeanai sejarah sastra antara lain dari aliran marsisme dan formalisme. Menghilangkan faktor yang terpenting dalam proses semiotik yang disebut kesusastraan sastra, dan sikap komunikasinya yang mrnggambarkan hubungan dialog dan proses antara karya sastra dan pembaca. Yaitu pembacalah yang menilai, menafsirkan, memahami dan menikmati karya sastra untuk menentukan nasib dan peranannya dari segi sejarah dan estetis.
Peneliti sejarah sastra bertugas menelusuri resepsi karya sastra sepanjang zaman, keindahan dalah pengertian yang bergantung pada situasi dan latar belakang sosio budaya sipembaca dan ilmu sastra harus meneliti hal itu.

C.       Metode pendekatan pragmatik
Penelitian resepsi pembaca terhadap karya sastra dapat menggunakan beberapa meatode pendekatan,antara lain pendekatan yang bersifat eksperimental, melalui karya sastra yang mementingkan karya sastra yang terikat pada masa tertentu ada pada golongan masyarakat tertentu.
a.       Kepada pembaca, perorangan atau kelompok disajikan atau diminta pembaca karya sastra, sejumlah pertanyaan dalam teks atau angket yang berisi tentang permintaan, tanggapan, kesan, penerimaan terhadap karya yang dibaca tersebut.untuk diisi jawaban-jawaban itu nanti ditabulasi dan dianalisis.
b.      Kepada pembaca perorangan atau kelompok, diminta pembaca karya sastra, kemudian ia diminta untuk menginterpretasikan karya sastra tersebut. Interpretasi-interpretasi yang dibuat tersebut dianalisis secara  kualitatif untuk meliha bagaimana penerimaan atau tanggapan terhadap karya sastra.
c.       Kepada masyarakat tertentu diberikan angket untuk melihat prestasi mereka terhadap karya sastra, misalnya melihat prestasi sekelompok kritikus terhadap kontenporer persepsi masyarakat tertentu terhadap karya sastra daerahnya sendiri.













B.     ANALISIS NASKAH KUNO
:            TEMBANG SINOM
Arti ;
            Tekocapan laeq araq dakuqna ceritan datu. , Ratu si leq jamineran bebija bini tur musti aran dende La Rengganis, maraq hyang Asmasa turun, leq wahne si tebijayang, banjur seda mamiq bini, Ratu laki liwat sedih pekayunan.
            Pan siqna rer bijana, endeqne egat besermin, ratu laki umbaq bija, iroq susah dalam pikir, susah dalam pikir, susah sedihperiatin, kangen bija mel nyusu, Ratu banjurna lumbar, umbaq bijan iroq sedih, ngamuayang yang lumbar ojok lendang gawah.
            Wah ngelalu pengerasa, suka yan mate lah urip, suka langit bareng bija, setiba jari-jari, situ mata padamuni, ate susah sayan bingung, singelalu pengerasa dating gawah sepi mimit, banjur datengan leq Gunung argapura.
            Mapan gunung argapura, mula taman datu jim, lordanurce, ratu jim ngeraksa bumi, lan arak masjid araq saiq, toleq pucuk bawon gunung, sino minangka wakap, datu guru taek gelis, datu guru liwat bengak sik nyerminan.
            Telaga miwah pancoran, kembang bedereq bebaris, taletan sedin telaga, pudak arum pandan wangi, erglan lan kembang gambir, suanarsa lan tunjung tutur, lan kembang sandat cempaka, ermawa lan nagarasi, ganggeng kintir lawan pakis wisamerata.
            Dateng lek gunung petapan, desia datu kiyai tangket bija ndeqna lapar, lan bija meneng ndeq nangis, inget banjur datu hiyai, desida banjurna ngulu lek pancoran telaga wakap, datu guru taek gelis, tangket bujadesida banjur sembahyang.
            Dua rakaat banurna salam, Wahna salam malikan sikir, nunas tulung lek pangeran, Kabul pujin dtu wali,kicang kesenengan lan urip, saking paican Allah agung banjur taturunang siq xHY sugul laman sorga luwih, jari tada, tangkat bija tunggal menah.
ARTI DALAM BAHASA INDONSIA
            TEMBANG SINOM
Tersebutkan dalam kisah cerita, ratu di (Negara) jamineran, berputri seorang saja, namanya denda Rengganis, cantik bagaikan Dewi ratih, setelah sang putri lahir, ibunya meninggal, sang raja begitu berduka.
            Ditimangnya sang cabang bayi, ditatapny penuh iba, digendong dan di belainya, dalam keremukan hatinya yang menyasaki rongga kalbunya, dimanakah puterinya akan menyusu dengan gontai sang raja berjalan, sang bayi dalam pelukannya mengembara tanpa tujuan.
            Putus sudah segala harapan, mati pun lebih diinginkannya bersama sang bayi menghanyut nasib, suara burung diatas dahan, membuat hatinya semakin gundah, tanpa maksud tanpa tujuan, kesenyapan hutan semakin bekudenga takdir allah maha agung sampailah ia digunung argapura.
Konon gunung argapura adalah taman raja jin, yang bernama datu Londanurca, raja sekalian jin siluman dipunjak gunung argapura terdapat masjid para jin,merupakan wakp mereka, raja jamineran masuk kedalam sambil tak terhentinya terheran-heran. Melihat telaga asri dan pancoran barisan bunga berwarna warni menghiasi tepian telaga, pudak harum,pandan wangi, bunga melati dan  kembang gambit, teratai mekar bercermin air kenanga cempaka menyebar wangi,mawar serta negasari,ganggang dan paku gemulai menari.
Manakala sang datu tiba dipertapaan, digunung argapura, bersama putrinya, rasa lapar tiada mengusiknya, sang bayi tenang tak menangis, raja jamineran tersadar, lalu mengambil air sembahyang pada sebuah pancuran telaga bersama putrinya ia naik ke masjid lalu bersembahyang memuja tuhan.
Dua rakaat lalu salam, setelah salam lalu membaca tahlil, memohon pertolongan Allah, rupanya doa sang datu terkabul, mendpatkan kebahagiaan lahir batin,dngan kuasa tuhan yang agung, turun lah seberkas cahaya, memancar dari sorga yang gaib menjadi makan mereka berdua.
a.                        Pembahasan analisis Pragmatik
Telaah pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra sepanjang zaman. Maka dengan ini kami akan mengulas tentang tanggapan dari pembaca tentang naskah kuno dewi rengganis  ini.
Dewi rengganis disebut-sebut bagai BUNGA MEKAR DIBUMI
cerita ini dimulai ketika ia terlahir dibumi dari ratu dan raja(negara jamineran), yang besarkan ayahnya, krena sang ibu meninggal ketika ia lahir, sanga raja begitu sedih, dan bertany-tanya, dimana sang cabang bayi akanmenyusu. Sang raja membawa bayinya berkelana tanpa tujuan dan sampailah ia di gunung argapura, yang konon adalah taman raja jin, yang bernama datu londanurca,
  sang bayi tumbuh segar,  menjadi seorang putri yang sangat cantik, kentutnya pun berbau harum, menyebar di puncak gunung tinggi, sehingga jin siluman, dating mendekat penuh birahi. sang putri pun dikasihi mereka.
            Sang dewi rengganis berteman dengan seorang putri jin yang gunung mas, yang bernama dewi mas komalasari, berkatnya dewi rengganis bisa menenun, memintak, melukis, dania mampu menenun dua lebar kain dalmsehari. Segala pengetahuan wanita diajarkannya sehingga dewi rengganis menjadi wanita yangat sempurna, sang dewi mampu menghilang seperti jin serta sakti dan bijaksana.
            Tubuhnya bak kembang cempaka, halus, lembut berisi, senyum manis bag tetesan madu, buat pengobat segala  duka lara alisnya bagai dilukis, kecantikannya tiada banding, jangan kan perjaka takkan tergila-gila, kaum tua pun kembali bersolek. Kiai, waliallah lupa ajaran karena iman yang tergoncang.
Kisah ini melangkah ke negeri mekah, negerinya layeng rana. ada sebuah taman yang bernama taman sari yang dimiliki oleh Raden nura Rapat maja yang sangat indah, dengan balai kembang yang indah, tiangnya berukir , dikitari telaga bening, berdinding tirai sutera hijau, putih dan kuning. Singkt cerita kini tersebut pula dayang yang sedang memetik bunga, melihat banyak bunnga yang dipetik orang entah siapa, melihat hal itu dayang pun segera pulang menghadap raden  nuna repatmaja. Raden Ratmaja sudah tujuh kali menerima berita, dn diputuskannya untuk melihat (memata-matai) pemetik bunga ditaman sari. Diiringi pengasuh, dayang-dayangnya, para demung tak ketinggalan.
            Sedangkan dewi rengganis terkagum-kagum dengan indahnya taman tersebut dan memutuskan untuk mendatangi kembali taman sari, sedangkan raden Repat maja sedang duduk di balai kembang, berbaring sambil mengawasi taman ingin melihat si maling. Tidak lama,  dewi rengganis sudah melayang, baunya semerbak kemana-mana. Dan raden rapatmaja berfikir bau apakah gerangan seharum ini. Sang dewi rengganis berdiri sejenak ditepian kolam,dan beranjak pergi mandi, memakai kain pembasah sutera tujuh lapis, turun keair, lalu berkesimpunglah ia, dengan riangnya ia menggosok badannya yang kuning padat bake mas sepahan, tubuhnya bercahaya membuat air bagaikan penutup kaca, selesai sudaah, lalu naik, mengganti kainnya yng basah, den mas Banjarmasin yang melihatya langsung terpukau menggetarkan senar-senar asmara, sang perawan pun berlenggang pergi berjalan didalam taman, mencari bunga-bunga mekar buat dipetik.
            Raden mantrai pun mendekat tersembul sambil melompat, hai siapa gerangan ini. Rengganis terkesiap kaget dengan terpenona “mungkin ini pemilik taman, ceakep sekali’ Ratu agung sedianya akan marah-marah, namun sirna, ia berkata lemah lembut. Raden Nuna Repat Majameminta sang dewi untuk tidak meninggalkannya (pulang), dengan rayuan, karena sang raden begitu tergila gila,namaun sang dewi tetap pergi, dengan alasan rumahnya jauh dan dan berjanji akan adatang, sang raden langsung tidak sadarkan diri pingsan sperti rang kehilangan nyawa ,begitu tersadar raden terus menerus melantunkan pantun dan puisi untuk mewakili kegundahan hatinya, bergelimang air mata, inang pengasyhterheran-heran dan bertanya-tanya, mengapa geragan si tuan hamba.
            Lalu turun lah raden dari atas balai kembangnya,terbayang  wajang ayu sang rengganis, bagai lukisan dalam hayal, alkisah raden ayu takmungkir akan janjinya, dating bersama hembusan angin, baunya datang mendahului, harum semerbak di taman sari, terkejut raden repatmaja mengendus bau nan harum, dngan terus menerus melantunkan pantun jenaka seperti orang mabuk, denga haluus agar sang dewi tidak tersinggung dengan apayang ia ucapkan.
            Alkisah bertemu lah raden repatmaja dan dewi rengganis dan raden mendekat semakin dekat namun ingin merangkul sang dewi, namun dengan sigap dewi menghindar karena merasa ngeri dan takut, namun raden mengelak tak akn merangkulnya, dan sang dara membalasnya dengan senyuman lalu duduk, namun sang raden terus menerus melantunkan pantun yang mewakili perasaannya yang telah hanyut pada asmara, kelembutan dan kecantikan sang dewi, akhir cerita renggnis mersa sudah begitu lama berada di negeri mekah, lalu ia memoon diri karena harus pulang, namun raden memintanya untuk tinggal untuk mengobati hati atau Ia meminta untuk ikut kenegeri rengganis jika memang rengganis tak ingin tinggal, rengganis meloncat cepat untuk pulang, dan raja punrebah pingsan tk sadarkan diri, gaduhlah semua wanita, inang dan dayang, para penakawan dan hulu baling, semuanya rebut menangis melihat sang raden mas banjaran sari pingsan tanpa sebab. Segala mantrasudah dibacakan agar raden tersadar namun tetap saja ia terbaring tak sadar kan diri,  Tiada obat selain dewi rengganis
           
b.        Tanggapan pembaca terhadap naskah kuno dewi rengganis
naskah ini mampu memberikan gambaran nyata bagai mana kecantikan seorang dewi rengganis, yang mampu membius semua laki-laki yang melihatnya








A.    PENUTUP
a.       Kesimpulan
Bahwa naskah ini penuh dengan cerita yang mengagumi sosok rengganis, dari kecantikan hingga keimanan dewi rengganis sendiri.
b.      Saran
Jangan sampai karena kecantikan dari seorang wanita, pembaca akan lupa diri, lupa dengan ajaran agama.
c.       Daftar pustaka
Lalu wacana, departemen pendidikan dankebudayaan Nusa Tenggara Barat, 1979









Lampiran



No comments:

Entri Populer