oleh :kem andrian
Orang-orang
Miskin
Pengarang:
W.S Rendra
Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.
Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.
Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.
Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.
Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.
Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.
Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim
Yogya, 4 Pebruari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.
Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.
Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.
Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.
Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.
Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.
Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim
Yogya, 4 Pebruari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi
1.
Judul
Puisi
karya Ws. Rendra yang berjudul Orang-Orang
Miskin adalah sebuah gambaran tentang potret kehidupan sosial orang-orang miskin yang kelaparan.
Dari
judul tersebut dapat diketahui permasalahan yang hendak yang akan dituliskan
oleh penyair. Permasalahan yang dibicarakan ialah ketidak adilan dinegeri yang
dikatakan negeri hokum serta kebohongan pemimpin dalam memimpin rakyat kecil
yang banyak dijumpai kelaparan dan kemiskinan dimana-mana. Melalui inipenyair
mencoba memberi tahukan semua orang bahwa apa yang diinginkan pemerintahmelalui
program-program mengarah kepada masyarakat kecil hanya sebuah kepalsuan belaka.
2.
Diksi
Diksi
yang merupakan unsur kunci pada puisi diatas ialah Orang-Orang Miskin. Kata Orang-Orang
Miskin berarti orang-orang yang tidak mempunyai harta benda yang hidupnya
luntang-lantung dijalanan.
Diksi
yang mengiringi katakunci tersebut adalah di
jalan. Kata di jalan bermakna tempt
tinggal mereka, tempat hidup dan tempat mereka mengais rizki. Kata dijalan ini berhimpitan dengan kata didalam selokan,
kalah di dalam pergulatan,
diledek oleh impian. Ini menegaskan bahwa mereka hidup di tempat yang tidak layak, tidak pernah diperhatikan oleh pemerintah, jauh dari segala fasilitas layak yang biasanya dinikmati oleh orang orang kelas menengah ke atas. Sehingga tidak ada lagi keinginan mereka untuk bermimpi menjadi orang sukses. Bahkan mereka hanya mampu menganga melihat keadaan di sekitarnya tanpa mampu lagi berbuat apa apa.
diledek oleh impian. Ini menegaskan bahwa mereka hidup di tempat yang tidak layak, tidak pernah diperhatikan oleh pemerintah, jauh dari segala fasilitas layak yang biasanya dinikmati oleh orang orang kelas menengah ke atas. Sehingga tidak ada lagi keinginan mereka untuk bermimpi menjadi orang sukses. Bahkan mereka hanya mampu menganga melihat keadaan di sekitarnya tanpa mampu lagi berbuat apa apa.
3.
Imaji
Puisi
di atas menggunakan imaji visual dan imaji auditif yang dipadukan oleh penulis
dengan sangat indah sehingga menggugah hati para pembaca. Hal ini dibuktikan
dalam kutipan puisi tersebut, yaitu
Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Pada larik yang berbunyi Bila
kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan. Pembaca seolah merasakan adanya bayangan dari orang orang miskin tersebut memburu dan membuntuti. Pembaca juga dapat membayangkan seandainya posisi pembaca sebagai seorang pengemis ataupun pemerintah. Dari sisi pengemis, pembaca dapat membayangkan bagaimana posisi seorang peminta minta yang sering muncul di jalanan dalam keadaan kotor, kumal dan dekil. Dari segi pemerintah, jelas sekali tergambar bahwa kehidupannya tidak akan tenang karena diburu dan dihantui rasa bersalah karena telah mengacuhkan hak hak orang yang tidak mampu.
di jalan kamu akan diburu bayangan. Pembaca seolah merasakan adanya bayangan dari orang orang miskin tersebut memburu dan membuntuti. Pembaca juga dapat membayangkan seandainya posisi pembaca sebagai seorang pengemis ataupun pemerintah. Dari sisi pengemis, pembaca dapat membayangkan bagaimana posisi seorang peminta minta yang sering muncul di jalanan dalam keadaan kotor, kumal dan dekil. Dari segi pemerintah, jelas sekali tergambar bahwa kehidupannya tidak akan tenang karena diburu dan dihantui rasa bersalah karena telah mengacuhkan hak hak orang yang tidak mampu.
Dari kutipan di atas pembaca juga dihadapkan pada imaji auditif,
yaitu pada larik dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka. Seolah – olah pembaca
membayangkan ketika berada pada posisi tersebut, suara – suara akan terdengar
sama. Tidak ada lagi perbedaan dari keseluruhan suara yang kita dengar.
Sehingga, pembaca seolah merasa menjadi seorang yang menderita gangguan
pendengaran.
4.
Majas
Majas yang digunakan dalam puisi di
atas ialah majas personifikasi dan hiperbola. Halini dibuktikan oleh beberapa
larik dari puisi tersebut, yakni
-
yang diledek oleh impian
(personifikasi). Pada larik ini, impian digambarkan sebagai benda hidup
sehingga mampu meledek atau mengejek kehidupan orang orang miskin tersebut.
-
Rambut mereka melekat di bulan purnama(hiperbola). Pada larik ini, hal yang sangat tidak mungkin terjadi
dan digambarkan secara berlebih lebihan ialah melekatnya rambut pada cakrawala.
5.
Bunyi (suara), Rima dan Ritme
Sebagian besar puisi di atas berakhir dengan
bunyi /a/ dan /n/. bunyi
tersebut bermaksud untuk memberikan efek penegasan terhadap realita
sosial yang terjadi di negeri kita ini. Banyak sekali hal – hal yang jarang
diperhatikan oleh pemerintah kita. Bahkan hal – hal sepele pun tak jarang
diacuhkan oleh mereka.
Ritme
puisi ini yang berupa pengulangan bunyi yang terus menerus dan tertata rapi ini
seperti alunan music yang kelihatan indah dan merdu untuk didengar oleh
pedengar. Penataan bunyi ini bertujuan agar pembaca tidak jenuh dan mendapat
kenyamanan ketika membaca puisi tersebut.
6.
Tema
Puisi
di atas menggambarkan kehidupan orang – orang pinggiran yang jauh dari
berkecukupan. Karena ketidakmampuannya, mereka hanya mampu meminta minta dan
tidak dapat berbuat banyak sehingga mereka tidak bisa lagi menyuarakan
keinginannya. Melihat hal ini, pemerintah kita bukannya menanggulangi, malah
mereka asyik dengan kehidupan mereka sendiri. Yang pemerintah mampu berikan
hanyalah janji janji yang kemudian busuk di tong sampah.
Unsur
ekstrinsik puisi
1.
Aspek historis
Aspek historis yang mengilhami puisi di
atas ialah peritiwa ketidakadilan yang terjadi pada orang orang pinggiran.
Ketika mereka sedang mengorek2 tong sampah untuk mencari sesuap nasi, pemerintah
kita malah sedang asyik makan dengan keluarganya di atas meja besar denga lauk
pauk yang berbagai rupa. Mereka tidur di tempat yang empuk sedangkan rakyatnya
hanya bisa tidur beralaskan kardus bahkan mereka tidur di tempat tempat yang
tidak layak huni oleh manusia.
2.
Aspek psikologis
Pada puisi di atas, penyair sangat
mengerti sekali bagaimana posisi dan kondisi (psikologis) orang orang pinggiran
yang tidak diperhatikan oleh pemerintah. Orang orang pinggiran yang tertindas
akibat acuhnya orang orang yang sserakah akan jabatan. Mereka hanya perduli
dengan nasib mereka sendiri tanpa memikirkan kehidupan orang orang yang berada
di bawahnya. Dan naasnya, orang orang pinggiran ini hanya bisa tertipu dengan
janji jani busuk yang dilontarkan oleh mulut mulut kotor tak bertanggungjawab.
Tinjauan dari sudut literasi kritis
1.
Hasil analisis
Dari unsur intrinsic dan ekstrinsiknya,
secara gamblang pembaca dapat melihat pemikiran yang secara transparan tentang
penindasan dan jeritan ketidakadilan.
Berdasarkan judulnya, kita sudah bisa
menebak permasalahan yang hendak disuarakan oleh penyair. Permasalahan itu tidak lain ilah masalah peindasan kaum miskin
oleh pemerintah.
Pernyataan di atas diperkuat oleh bait
puisi tersebut, yaitu
Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
2.
Kesimpulan
Kekuasaan dapat diibarakan pisau bermata dua. Mata yang pertama,
menuntun seseorang untuk menjadi orang yang bertanggungjawab dan dapat berlaku
adil terhadapnya.mata yang lain, menuntun kepada jalan yang salah. Membutakan
hati nurani pemiliknya sehingga ia berbuat semaunya tanpamemperdulikan
sekitarnya.
3.
Ketidakberdayaan
Hal ini disebabkan karena situasi. Orang orang miskin yang
notabenenya merupakan orang yang tak mampu akan cenderung pasif. Mereka sadar
akan posisinya di kehidupan sosial. Sehingga, mereka lebih memilih bungkam dan
enggan untuk bertindak. Karena mereka sadar akan ketidakmampuannya melawan
kekuasaan.
No comments:
Post a Comment