Tuesday, April 14, 2015

mengkaji pusisi W.S Rendra-Orang-orang Miskin

mengkaji pusisi W.S Rendra-Orang-orang Miskin
oleh :kem andrian


Orang-orang Miskin
Pengarang: W.S Rendra
Orang-orang miskin di jalan, 


yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.

Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.

Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.

Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.

Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.

Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.

Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.

Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim

Yogya, 4 Pebruari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi
















1.      Judul
Puisi karya Ws. Rendra yang berjudul Orang-Orang Miskin adalah sebuah gambaran tentang potret kehidupan  sosial orang-orang miskin yang kelaparan.
Dari judul tersebut dapat diketahui permasalahan yang hendak yang akan dituliskan oleh penyair. Permasalahan yang dibicarakan ialah ketidak adilan dinegeri yang dikatakan negeri hokum serta kebohongan pemimpin dalam memimpin rakyat kecil yang banyak dijumpai kelaparan dan kemiskinan dimana-mana. Melalui inipenyair mencoba memberi tahukan semua orang bahwa apa yang diinginkan pemerintahmelalui program-program mengarah kepada masyarakat kecil hanya sebuah kepalsuan belaka.
2.      Diksi
Diksi yang merupakan unsur kunci pada puisi diatas ialah Orang-Orang Miskin. Kata Orang-Orang Miskin berarti orang-orang yang tidak mempunyai harta benda yang hidupnya luntang-lantung dijalanan.
Diksi yang mengiringi katakunci tersebut adalah di jalan. Kata di jalan bermakna tempt tinggal mereka, tempat hidup dan tempat mereka mengais rizki. Kata dijalan ini berhimpitan dengan kata didalam selokan, kalah di dalam pergulatan,
diledek oleh impian. Ini menegaskan bahwa mereka hidup di tempat yang tidak layak, tidak pernah diperhatikan oleh pemerintah, jauh dari segala fasilitas layak yang biasanya dinikmati oleh orang orang kelas menengah ke atas. Sehingga tidak ada lagi keinginan mereka untuk bermimpi menjadi orang sukses. Bahkan mereka hanya mampu menganga melihat keadaan di sekitarnya tanpa mampu lagi berbuat apa apa.
3.      Imaji
Puisi di atas menggunakan imaji visual dan imaji auditif yang dipadukan oleh penulis dengan sangat indah sehingga menggugah hati para pembaca. Hal ini dibuktikan dalam kutipan puisi tersebut, yaitu
Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Pada larik yang berbunyi Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan
. Pembaca seolah merasakan adanya bayangan dari orang orang miskin tersebut memburu dan membuntuti. Pembaca juga dapat membayangkan seandainya posisi pembaca sebagai seorang pengemis ataupun pemerintah. Dari sisi pengemis, pembaca dapat membayangkan bagaimana posisi seorang peminta minta yang sering muncul di jalanan dalam keadaan kotor, kumal dan dekil. Dari segi pemerintah, jelas sekali tergambar bahwa kehidupannya tidak akan tenang karena diburu dan dihantui rasa bersalah karena telah mengacuhkan hak hak orang yang tidak mampu.
Dari kutipan di atas pembaca juga dihadapkan pada imaji auditif, yaitu pada larik  dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka. Seolah – olah pembaca membayangkan ketika berada pada posisi tersebut, suara – suara akan terdengar sama. Tidak ada lagi perbedaan dari keseluruhan suara yang kita dengar. Sehingga, pembaca seolah merasa menjadi seorang yang menderita gangguan pendengaran.
4.      Majas
Majas yang digunakan dalam puisi di atas ialah majas personifikasi dan hiperbola. Halini dibuktikan oleh beberapa larik dari puisi tersebut, yakni
-          yang diledek oleh impian (personifikasi). Pada larik ini, impian digambarkan sebagai benda hidup sehingga mampu meledek atau mengejek kehidupan orang orang miskin tersebut.
-          Rambut mereka melekat di bulan purnama(hiperbola). Pada larik ini, hal yang sangat tidak mungkin terjadi dan digambarkan secara berlebih lebihan ialah melekatnya rambut pada cakrawala.
5.      Bunyi (suara), Rima dan Ritme
Sebagian besar puisi di atas berakhir dengan bunyi  /a/ dan /n/.  bunyi  tersebut bermaksud untuk memberikan efek penegasan terhadap realita sosial yang terjadi di negeri kita ini. Banyak sekali hal – hal yang jarang diperhatikan oleh pemerintah kita. Bahkan hal – hal sepele pun tak jarang diacuhkan oleh mereka.
Ritme puisi ini yang berupa pengulangan bunyi yang terus menerus dan tertata rapi ini seperti alunan music yang kelihatan indah dan merdu untuk didengar oleh pedengar. Penataan bunyi ini bertujuan agar pembaca tidak jenuh dan mendapat kenyamanan ketika membaca puisi tersebut.
6.      Tema
Puisi di atas menggambarkan kehidupan orang – orang pinggiran yang jauh dari berkecukupan. Karena ketidakmampuannya, mereka hanya mampu meminta minta dan tidak dapat berbuat banyak sehingga mereka tidak bisa lagi menyuarakan keinginannya. Melihat hal ini, pemerintah kita bukannya menanggulangi, malah mereka asyik dengan kehidupan mereka sendiri. Yang pemerintah mampu berikan hanyalah janji janji yang kemudian busuk di tong sampah.

Unsur ekstrinsik puisi
1.      Aspek historis
Aspek historis yang mengilhami puisi di atas ialah peritiwa ketidakadilan yang terjadi pada orang orang pinggiran. Ketika mereka sedang mengorek2 tong sampah untuk mencari sesuap nasi, pemerintah kita malah sedang asyik makan dengan keluarganya di atas meja besar denga lauk pauk yang berbagai rupa. Mereka tidur di tempat yang empuk sedangkan rakyatnya hanya bisa tidur beralaskan kardus bahkan mereka tidur di tempat tempat yang tidak layak huni oleh manusia.
2.      Aspek psikologis
Pada puisi di atas, penyair sangat mengerti sekali bagaimana posisi dan kondisi (psikologis) orang orang pinggiran yang tidak diperhatikan oleh pemerintah. Orang orang pinggiran yang tertindas akibat acuhnya orang orang yang sserakah akan jabatan. Mereka hanya perduli dengan nasib mereka sendiri tanpa memikirkan kehidupan orang orang yang berada di bawahnya. Dan naasnya, orang orang pinggiran ini hanya bisa tertipu dengan janji jani busuk yang dilontarkan oleh mulut mulut kotor tak bertanggungjawab.

Tinjauan dari sudut literasi kritis
1.      Hasil analisis
Dari unsur intrinsic dan ekstrinsiknya, secara gamblang pembaca dapat melihat pemikiran yang secara transparan tentang penindasan dan jeritan ketidakadilan.
Berdasarkan judulnya, kita sudah bisa menebak permasalahan yang hendak disuarakan oleh penyair. Permasalahan itu  tidak lain ilah masalah peindasan kaum miskin oleh pemerintah.
Pernyataan di atas diperkuat oleh bait puisi tersebut, yaitu
Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya
.
2.      Kesimpulan
Kekuasaan dapat diibarakan pisau bermata dua. Mata yang pertama, menuntun seseorang untuk menjadi orang yang bertanggungjawab dan dapat berlaku adil terhadapnya.mata yang lain, menuntun kepada jalan yang salah. Membutakan hati nurani pemiliknya sehingga ia berbuat semaunya tanpamemperdulikan sekitarnya.
3.      Ketidakberdayaan
Hal ini disebabkan karena situasi. Orang orang miskin yang notabenenya merupakan orang yang tak mampu akan cenderung pasif. Mereka sadar akan posisinya di kehidupan sosial. Sehingga, mereka lebih memilih bungkam dan enggan untuk bertindak. Karena mereka sadar akan ketidakmampuannya melawan kekuasaan.

No comments:

Entri Populer